Deliberate Mistake
cw // kiss
Persetan dengan kata-kata yang Jeno tanam dalam dirinya untuk tak melakukan sesuatu yang dapat merusak hubungan sahabatnya dengan kekasih sahabatnya. Saat ini ia membiarkan sisi jahatnya menang setelah berperang dengan sisi buruknya. Ia membiarkan pikiran jernihnya kalah dengan napsu.
Tak lama setelah Jaemin menutup rapat pintu masuk tenda, Jeno menarik tubuh Jaemin hingga terjatuh bersamaan dengan tubuhnya yang juga sengaja dijatuhkan di samping Jaemin. Ia langsung menyerang bibir ceri milik sahabatnya yang hendak mengeluarkan kata-kata berupa pertanyaan. Tak hanya sekedar mempertemukan benda kenyal miliknya dengan milik sahabatnya, ia memberikan pelayanan terbaiknya yang berhasil membuat sang sahabat melenguh dan mulai terlena dengan pelayanan yang diberikan.
Tangan Jeno mulai merambat naik, memegang kepala Jaemin dan sesekali meremas lembut surai hitamnya. Sementara tangan yang satunya dibiarkan melingkar di pinggang Jaemin. Ia tahu tangannya akan mati rasa jika ditindih terlalu lama, tetapi ia tak memikirkan itu untuk sekarang. Yang ia pikirkan hanya kepuasan dari napsunya.
Jeno betul-betul merapatkan tubuhnya dengan tubuh sang sahabat. Ia tak membiarkan jarak satu centimeter pun tercipta diantara dirinya dan sahabatnya.
Saat sedang nikmat-nikmatnya mencumbu sang sahabat, sisi baiknya seolah muncul untuk memperingatkan, membuat Jeno dengan segera melepaskan cumbuannya dan memundurkan tubuhnya setelah melepaskan rangkulannnya di pinggang Jaemin.
“Kenapa berhenti?” tanya sang sahabat.
Jeno memperhatikan wajah sang sahabat dengan tatapan sendu. Satu tangannya terjulur, mengusap pelan salah satu pipi Jaemin. “Maaf.”
“Gak perlu minta maaf, Jen.”
Jeno tak bergerak saat Jaemin bergerak maju ke arahnya. Jarak mereka kini kembali sempit seperti sebelumnya. Kedua pasang netra itu tak hentinya saling berbagi tatap.
Jeno masih bergeming bahkan saat Jaemin mengecup singkat bibirnya.
Jaemin menatap dalam netra Jeno. “Apa kamu suka yang barusan itu?”
Jauh di dalam lubuk hatinya Jeno menyukai apa yang barusan Jaemin lakukan padanya, sangat. Ia menganggukkan kepala, memberitahu Jaemin apa yang tengah dirasakan.
Jaemin tersenyum kecil. “Buat informasi aja kalau aku belum pernah melakukan itu sebelumnya.”
Jeno terkejut. “Beneran?”
Jaemin mengangguk. “Iya. Aku masih perjaka.”
Seandainya situasinya tak seperti saat ini, sudah dipastikan Jeno akan meledek Jaemin karena menggunakan panggilan aku-kamu padanya, sama seperti yang dilakukan Jaemin sebelumnya.
“Mantan kamu gak pernah ungkit soal itu ke kamu, Na?”
“Pernah. Aku diam aja atau mengalihkan pembicaraan. Lebih sering kasih tahu dia alasan aku belum siap untuk itu.” Jemari lentik Jaemin mulai memainkan surai hitam sahabatnya. “Kalau kamu sendiri?”
Jeno sempat memejamkan matanya sejenak saat merasakan jemari Jaemin bermain dengan surainya.
“Aku? Ya jelas belum pernah,” ujar Jeno diakhiri kekehan pelan. “Aku seumur hidup belum punya pacar.”
“Aku mau, kok, jadi pacar kamu.”
Jeno memberikan sentilan pelan di kening Jaemin. “Kalau sekarang akunya yang gak mau.”
Jaemin berdecak kesal. “Lama-lama aku putusin juga pacar aku, nih.”
Jeno tertawa akibat tingkah dan ucapan si manis.
“Kenapa, sih, kamu mau banget jadi pacar aku?” tanya Jeno seusai tertawa.
“Dengarkan baik-baik, ya. Alasannya itu karena aku cinta sama kamu. Siapa coba yang gak senang kalau cintanya berbalas dan setelah itu menjalin hubungan dengan orang yang dicinta?”
“Gak ada.”
“Nah. Itu alasan kuat aku mau banget jadi pacar kamu.”
Jeno meletakkan satu tangannya di atas pinggang Jaemin yang berbaring miring. Diberikannya usapan lembut hingga membuat sang empu tersenyum.
“Aku juga mau banget jadi pacar kamu, Na.”
“Neno,” panggil Jaemin dengan suara yang dibuat-buat seperti anak kecil.
“Jadi lucu begitu, ya, namaku.”
Jaemin membuka mulutnya, menampilkan deretan giginya pada Jeno; menyengir.
“Jen, malam ini, let’s pretend to be each other’s lover.”
Setelah kepala Jeno berhenti mengangguk tanda setuju, ia kembali mempertemukan benda kenyal miliknya dengan milik sang sahabat, saling mengecap rasa dari minuman memabukkan yang sempat mereka minum sebelumnya.
Tubuh yang semula berbaring miring itu berubah posisi. Kini Jeno sudah berada di atas Jaemin dengan bibir yang masih berkutat dengan bibir lawannya di bawah sana.
Satu persatu pakaian mereka mulai tanggal selama bercumbu. Tentu saja mereka saling melepaskan pakaian milik satu sama lain.
Selanjutnya mereka membiarkan kesalahan yang disengaja itu berlangsung sepanjang malam sehingga malam yang dingin itu berubah menjadi malam panas bagi keduanya.