GF—14

Keduanya telah kembali ke perpustakaan setelah Jeno berhasil mengendalikan kemampuan yang dimilikinya dengan baik. Harus Jaemin akui bahwa Jeno merupakan pemula yang hebat. Dan Jeno termasuk vampir yang kuat.

“Sekarang aku akan mengajarkanmu satu kemampuan vampir yang menurutku hebat.”

Jeno seperti murid yang teladan. Ia duduk dengan kedua tangan dilipat di atas meja, mendengarkan dengan baik Jaemin yang berbicara di depannya.

“Nama kemampuan vampir ini adalah encanto. Kamu dapat membuat objek terpesona dan tergila-gila padamu, kamu dapat mengontrol pikiran mereka, dan kamu dapat menghapus sebagian ingatan mereka yang ingin kamu hapus.”

“Wow!” Jeno tidak bisa tidak terkesan mendengar tentang kemampuan yang kini ia miliki.

“Tapi encanto ini tidak dapat digunakan untuk vampir.”

Jaemin berjalan ke arah Jeno yang memandangnya. Ia duduk di atas meja, membuat kedua tangan Jeno mau tak mau menyingkir dari sana.

Jaemin mengangkat tangan kanannya hingga sebatas mata. “Angkat tanganmu seperti ini. Jangan terlalu tinggi. Pastikan objek melihat jari-jarimu.”

Jeno melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Jaemin. Ia mengangkat tangannya namun tidak terlalu tinggi.

“Kemudian gerakan jari-jarimu seperti ini.” Jaemin menggerakkan jari-jarinya dengan pelan.

“Ini untuk membuat objek terpesona dan tergila-gila padamu.”

Jeno yang tadinya akan menggerakkan jarinya malah memilih memandang Jaemin. “Jadi, kamu melakukan ini padaku malam itu?”

Jari-jari Jaemin berhenti bergerak. Tangannya yang terangkat telah diturunkan. Kepalanya mengangguk dan tertunduk sejenak. “Maaf.”

Jeno memegang dagu Jaemin dengan satu tangannya dan membuat kepala yang tertunduk itu menghadapnya. “Gak perlu minta maaf.”

Kedua pasang mata itu saling memandang. Mereka saling menyelami keindahan dimasing-masing mata mereka untuk waktu yang tidak sebentar.

“Jeno.” Jaemin berkata saat Jeno memajukan wajahnya. “Kita sedang belajar.”

Jaemin menjauhkan wajahnya, membuat pegangan tangan Jeno yang berada di dagunya terlepas.

“Kamu tidak perlu mengucapkan mantra setiap ingin melakukan encanto. Cukup tatap mata objek selama lima detik.” Jaemin memberi penjelasan.

“Untuk mengontrol pikiran dan menghapus ingatan, bagaimana caranya?”

Jaemin mengangkat kedua tangannya dan meletakkan kedua tangannya di masing-masing sisi kepala Jeno. “Ini untuk menghapus ingatan. Misal, kamu ingin menghapus ingatan objek tentang dirimu. Cukup katakan, lupakan semua ingatanmu tentang aku.”

Jaemin menyadari tangannya ditimpa oleh tangan Jeno. Tangannya mendapat usapan lembut setelahnya.

Jeno memandang Jaemin dengan pandangan penuh kasih sayang. “Lalu, untuk mengontrol pikiran?”

“Kamu gak perlu memegang objek ataupun mengangkat tanganmu dan menggerakkan jari-jarimu. Kamu cukup menatap mata objek hingga matamu berpendar kemerahan, kalau kata mereka yang melihat.”

“Bagaimana aku tahu kalau mataku bercahaya?”

“Kamu akan merasakan sensasi hangat di bagian kepala.”

Jeno tersenyum lembut, kedua tangannya masih mengusap lembut tangan Jaemin yang belum berpindah dari kedua sisi kepalanya. “Terima kasih untuk pelajaran hari ini, Cupcake.”

Jaemin memperhatikan kedua tangannya yang dibawa ke dalam genggaman Jeno. Kedua tangan itu dikecup ringan secara bergantian.

Jaemin sedikit tersentak saat kedua tangannya ditarik Jeno. Jarak wajahnya dengan wajah Jeno menjadi sangat dekat hingga terkadang hidung mancungnya bersentuhan dengan hidung mancung Jeno.

“Jaemin. Kita harus berbicara.”

Jaemin memundurkan tubuhnya dan otomatis wajahnya menjauh dari wajah Jeno. Ia menoleh ke arah Jaehyun yang berada di ambang pintu perpustakaan.

“Baiklah.”