GF—16
Pintu paviliun berukuran sedang itu terbuka dan menampakkan sosok Jaehyun yang terlihat kebingungan. Matanya bergerak kesana kemari, mencari sosok Jaemin yang tidak terlihat di sana.
Jaehyun terkejut saat peti mati milik Jeno terbuka dan menampakkan Jeno dan Jaemin di dalamnya.
“Kalian tahu kalau peti mati itu sempit. Kalau ingin melakukannya bisa bilang padaku agar aku bukakan pintu.”
Jaehyun mengedikkan bahunya saat mendapat tatapan tajam dari Jaemin. Sementara Jeno menatapnya bingung.
“Kami hanya tidur,” kata Jeno.
Jaehyun berjalan ke arah Jeno dan Jaemin berada. “Kalian mau tidur atau mau melakukan apapun, itu terserah. Sekarang saatnya berangkat. Kita gak mau buat Haechan nunggu lama.”
“Jaemin boleh ikut, kan?” tanya Jeno dengan nada memohon.
Jaehyun menatap Jaemin yang membuang muka. “Jika dia mau.”
“Baiklah. Tapi kami berdua belum makan sama sekali.”
Jaehyun sedikit tidak percaya dengan pernyataan Jeno. Pasalnya Jeno menemani Jaemin berpuasa.
“Kalian makan dulu.”
“Jaemin boleh ikut makan?” Jeno bertanya dengan penuh harap.
“Tadi aku bilang kalian. Berarti kamu dan Jaemin.”
Jeno tersenyum senang. Ia berdiri dan mengambil kantung belanja berwarna hitam itu. Ia membawanya ke dalam peti dimana Jaemin masih duduk di sana.
“Ini.” Jeno memberikan satu kantung darah pada Jaemin.
Jaemin menerimanya dan langsung membuka tutupnya. Ia meminum darah yang ada di dalam sana dengan rakus. Sangat berbeda dengan Jeno yang meminum darah itu dengan begitu santai.
Jeno dan Jaemin telah selesai makan, dengan Jaemin yang meminum tiga kantung darah sementara Jeno hanya satu. Mereka beranjak dari dalam peti hampir di waktu bersamaan, membuat Jaehyun menahan senyumnya.
“Ayo, berangkat!”