🔞

Adit dan Naya telah selesai melaksanakan resepsi pernikahan mereka yang diselenggarakan di sebuah gedung yang bertempat tak jauh dari tempat tinggal Naya.

Ya Adit dan Naya telah resmi menyandang status suami suami.

Kini mereka berdua telah berada di dalam kamar yang sama dan dengan aura canggung yang menyelimuti.

“Kamu wangi, Nay.”

Pujian yang dilontarkan Adit membuat Naya yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk menghentikan aktivitasnya. Kepala Naya sedikit menoleh untuk melihat Adit.

“Makasih.”

Lagi, mereka berdua kembali diam. Seharusnya jika sesuai bayangan Adit mereka sudah menikmati malam pertama yang panas.

Tapi Adit tidak bisa membayangkan seorang Naya menjadi binal.

“Ouch!”

Adit langsung menghampiri Naya yang terjatuh. Diusapnya pelan lutut Naya yang memerah dan sesekali ditiup.

“Lutut, jangan sakit lagi.”

Tingkah Adit membuat Naya menyunggingkan senyuman manisnya. Suaminya terlihat lucu.

“Apa kamu senyum-senyum?”

“Gapapa. Kamu lucu aja.”

“Lucuan kamu kemana-mana, Nay.”

Sentilan pelan Adit layangkan pada hidung mancung Naya dan membuat Naya bukannya mengaduh malah terkikik pelan.

Tiba-tiba kedua tangan Naya sudah terkalung dileher Adit yang mana membuat Adit terkejut.

“Aku tau kamu mau apa.” Naya berucap dengan matanya yang menatap lurus mata Adit.

Adit kembali dikejutkan oleh tingkah dari Naya. Naya mencium bibirnya dan bahkan melumatnya.

Oke, jangan salahkan Adit jika Naya besok tidak bisa berjalan dengan benar.

Bunyi kulit yang beradu terdengar memenuhi kamar pengantin baru. Tak jarang sesekali ranjang pun ikut berdencit menandakan jika pergerakan dari kedua insan semakin cepat.

Peluh sudah membasahi keduanya, menandakan kalau mereka sudah cukup lama melakukan kegiatan ini.

“A-ahh Adit pelan-pelan.”

Tidak hanya sekali dua kali Naya memohon pada suaminya untuk memelankan gerakannya. Ini adalah yang pertama bagi Naya dan wajar Naya merasa kesakitan.

“Iya, maaf. Abis kamu ketat banget, sayang.”

Adit sedikit merendahkan tubuhnya untuk mengelap peluh yang membasahi wajah suami manisnya itu. Kemudian dikecupnya sayang kening Naya.

“Adit!”

Naya memekik ketika milik Adit berhasil menyentuh titik sensitifnya di dalam sana. Pandangannya mulai sedikit mengabur karena Adit terus menerus menyentuh titik sensitifnya.

Tak butuh waktu lama akhirnya mereka mencapai pelepasan. Napas keduanya memburu.

Adit memaut bibir Naya yang menurutnya manis seperti madu sebelum mengeluarkan miliknya dari sarang.

“Cepet muncul dedek bayi di sini. Biar kakak Kavin punya temen main.”

Naya ingin tertawa melihat Adit yang mengusap dan mencium perutnya setelah mengatakan demikian, tapi tubuhnya terlalu lelah.

“Sebenernya aku bisa main beronde-ronde. Cuma kamu 'kan pemula, jadi aku batasin.”

“Iyaa yang udah expert.” Naya dengan memutar bola matanya.

“Tapi dari sekian banyak orang yang tidur sama aku, aku paling suka sama kamu.”

Naya mengangkat sebelah alisnya. “Kenapa?”

“Karena... kamu manis.”

Naya meraih guling untuk menimpuk Adit.

“Apa, sih.”

“Ampun, sayang.”

Naya langsung meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Udara dingin yang berasal dari pendingin ruangan mulai terasa.

“Ada untungnya aku nitip Kavin ke mama.”

Setelahnya, Adit bergabung di dalam selimut bersama Naya dan mereka pun terlelap secara bersamaan.